LSM-LSM DI SURABAYA, BERSEKOLAHLAH ...

LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat atau dalam istilah kerennya dikenal sebagai Non Government Organization (NGO) merupakan bagian dari ‘stakeholder’ yang mampu melakukan kajian-kajian praktis, ilmiah dan juga terstruktur dalam menanggapi isu-isu yang menjadi bidang kerjanya seperti; masalah lingkungan, politik, kesehatan dan lain-lain. Saat ini di Surabaya sudah ada puluhan bahkan ratusan LSM yang didirikan, sehingga LSM sudah bisa menjadi kekuatan politik dalam artian mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik/kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah dan lebih jauh lagi mampu menggerakkan massa dalam proses penyadaran terhadap isu tertentu dan kemudian menyusun tindakan-tindakan praktis yang melibatkan massa dalam jumlah besar, semisal sebuah LSM lingkungan di suatu daerah dalam kerja-kerjanya yang terstruktur dan ilmiah akhirnya mampu membuat masyarakat disekitarnya untuk mengelola sampah menjadi pupuk kompos sehingga bisa mengurangi timbunan sampah dan sekaligus memberikan ladang pemasukan ekonomi baru bagi masyarakat tersebut.
Sekolah di Indonesia sebagai lembaga formal pendidikan, terkadang masih sering menjaga jarak dengan realitas lingkungannya, walaupun pemerintah saat ini sudah menerapkan suatu kurikulum (KTSP: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diharapkan membuat sekolah leluasa untuk menanggapi permasalahan-permasalahan di daerahnya tetapi sepertinya sekolah tetap hanya berkutat di kelas dan masih terus bermesraan dengan buku-buku pelajaran yang membuat siswa tenggelam dalam dunia teks saja.
Oleh sebab itu tulisan ini mengajak kalangan LSM sebagai salah satu penggerak sosial yang efektif untuk mampu masuk ke dalam dunia pendidikan formal seperti sekolah dan bekerjasama dengan kalangan pendidik untuk menanggapi dan bekerjasama dalam menuntaskan satu permasalahan sosial di kawasan-kawasan disekitar sekolah dan LSM itu berdomisili, sehingga pada akhirnya membantu sekolah untuk keluar dari cangkangnya dan mampu berhadapan langsung dengan permasalahan riil di sekitarnya. Sebuah ide yang sampai saat ini memang belum terealisasi, saat ini saya mengajar di sebuah sekolah dasar swasta di Surabaya barat, tepatnya di kecamatan Lakarsantri. Usia-usia anak sekolah dasar merupakan usia dimana siswa mendapatkan pondasi kepribadian dan cara pandang yang akan dibawanya terus hingga ke usia-usia selanjutnya, sehingga menurut saya usia-usia
sekolah dasar tidak boleh dikesampingkan dalam proses ini. Kawasan Lakarsantri merupakan kawasan yang berbatasan dengan kawasan industri Driyorejo Gresik, sebagai sebuah kawasan industri tentunya banyak permasalahan-permasalahan terutama permasalahan-permasalahan lingkungan, bahkan belum lama ini permasalahan kualitas air yang tidak layak untuk dikonsumsi karena banyaknya pabrik di kawasan ini membuang limbahnya di kali tengah sehingga mempengaruhi kualitas air di kawasan ini. Hal itu menjadi sebuah isu hangat yang muncul dan semakin memanas setelah dibahas dalam acara metro-file di MetroTV akan tetapi seiring berjalannya waktu tampaknya isu itu saat ini mulai ‘mendingin, karena tidak ditanggapi secara serius oleh masyarakat, kalaupun ditanggapi hanya merupakan keluhan-keluhan yang tidak ditransformasikan ke dalam gerakan gerakan perlawanan yang kongkret karena memang tidak ada yang mengorganisir, oleh karena itu alangkah baiknya jikalau ada LSM yang bekerja dalam isu lingkungan khususnya air untuk bisa menggandeng sekolah-sekolah di kawasan ini, dan tentunya selaku penulis saya membuka diri, bila ada LSM yang menyambut ajakan ini silahkan untuk mengirim email yang ada di alamat blog-ini. Tentunya proses ini akan diawali dengan kunjungan dan presentasi dari pihak LSM ke sekolah-sekolah dan dilanjutkan dengan mengintegrasikan isu terkait dengan kurikulum dan metodologi pembelajaran di sekolah, prosesnya mungkin akan memakan waktu karena akan menyesuaikan dengan jadwal belajar dan segala tetek-bengek prosedur yang ada di tiap sekolah, kemudian dilanjutkan dengan mengkonsolidasikan tenaga-tenaga pendidik sebagai relawan kedalam LSM terkait. Setelah proses penyadaran berjalan melalui kajian-kajian, penelitian dan diskusi yang melibatkan keseluruhan elemen sekolah, pada titik-titik tertentu dalam proses ini akan lebih kongkret jika masa yang sudah terkonsolidasi dalam hal ini siswa dan tenaga pendidik melakukan gerakan masa untuk mendorong kebijakan publik yang lebih baik dan tentunya akan lebih efektif apabila pada akhirnya proses ini bisa melahirkan front-front pergerakan peduli lingkungan yang terdiri dari LSM, sekolah-sekolah dan masyarakat luas.
Demikian semoga tulisan dalam opini ini bisa mendapatkan sambutan positif dari pihak-pihak terkait.

Komentar

Koelit Ketjil mengatakan…
LSM?
ato
NGO
ato
NGO PO
ato NGOPO?

Postingan populer dari blog ini

SINEMA TV UJANG PANTRY 2 ’POTRET NAJIS KAUM KAPITALIS’

MISA LATIN TRADISIONAL