SEBUAH KONSEP TEATER


Pesanggrahan Warungboto atau yang lebih dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan ‘Tuk Umbul’ merupakan sebuah bangunan tua peninggalan era kasultanan Hamengkubuwono II. Bangunan yang tercatat sebagai salah satu bangunan warisan peninggalan budaya di dinas kepurbakalaan Yogyakarta ini,nasibnya tidak seberuntung situs-situs bersejarah sejenisnya seperti Taman sari dan Kraton. Selain tempatnya yang tidak terlalu luas, sebagian besar dari struktur bangunan sudah menjadi reruntuhan. Letaknya yang berada dipinggir jalan tidak membuat tempat ini dikenal luas oleh masyarakat Yogyakarta walaupun sebenarnya tempat ini menyimpan catatan sejarah penting bagi kota tersebut.

Di Yogyakarta cukup banyak bangunan bersejarah yang mengalami nasib serupa dengan pesanggrahan Warungboto, hal ini membuat kami Kelompok Belajar Teater KOBAR Yogyakarta mencoba menggagas sebuah perwujudan teater yang berangkat dari 'Ruang/bangunan' dan dalam hal ini tempat tersebut adalah sebuah bangunan Pesanggrahan Warungboto ‘Tuk Umbul’ . Bangunan tua yang merupakan taman air dari abad 19 ini terdiri dari beberapa bagian, sebagian ada yang masih utuh dan ada pula yang sudah menjadi reruntuhan, namun tetap saja bangunan ini mempunyai kesan artistik dan kharisma yang cukup kuat. Bangunan tersebut menyimpan catatan sejarah, mitos dan tentunya sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat disekitarnya. Disini teater berusaha menginterprestasikan kembali nilai-nilai-nilai yang terkandung dalam tempat tersebut. Sebuah bentuk perwujudan teater yang berangkat dari riset terhadap tempat pementasan (Pesanggrahan Warungboto ‘Tuk Umbul’). Riset yang meliputi; sejarah, falsafah dan mitologi serta relasi antara bangunan dan masyarakat sekitar kemudian disusun dalam bentuk naskah yang berupa ‘framing’ terhadap cerita yang muncul di tiap bagian bangunan. Bentuk teater non realis dipilih sebagai konsekuensi penolakan terhadap alur yang linear dan pencarian terhadap kemungkinan artistik yang lebih luas lagi. Penonton menjadi subyek yang bebas memilih untuk bersifat pasif atau aktif dalam menikmati pertunjukan, disini hubungan antara pemain dan penonton bukanlah hubungan konvensioanal gedung pertunjukan namun penonton diarahkan untuk aktif dan bahkan terkadang hadir ditengah tengah peristiwa panggung. Cahaya, property, kostum dan tata rias sebagai bagian artistik visual dibangun selain untuk kepentingan skenografi juga untuk memperkuat artistik bangunan sebagai set pertunjukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINEMA TV UJANG PANTRY 2 ’POTRET NAJIS KAUM KAPITALIS’

MISA LATIN TRADISIONAL